Secara sistematis dan bertahap, benda-benda purbakala dari wilayah Palestina kini berpindah tempat ke museum-museum milik Israel. Aktivitas ini sudah berlangsung sejak Israel memenangkan perang Arab tahun 1967. Tujuan utamanya? Israel ingin menulis ulang sejarah di wilayah sengketa Palestina-Israel.
Demikian salah satu hasil investigasi Al Jazeera yang dipublikasikan, Selasa (11/1). "Banyak artefak Palestina kini dipajang di museum Israel dan jatuh ke tangan koleksi pribadi. Bahkan ada yang dijual ke turis-turis asing," demikian Al Jazeera.
Bagi Israel, arkeologi adalah salah satu kunci utama untuk menegaskan klaim wilayah mereka atas wilayah yang tadinya milik Palestina. Sementara bagi Palestina, artefak dan situs-situs purbakala di Tepi Barat, Jerusalem, dan Gaza adalah sejarah penting bagi mereka. Selain sebagai sumber pemasukkan ekonomi dari pariwisata.
Salah satu wilayah yang paling kaya akan tinggalan artefak di Palestina adalah Jericho. Di wilayah ini, banyak ditemukan arca-arca unik dari abad ke-7, di masa kepemimpinan Dinasti Umayyah. Awalnya, arca-arca ini disimpan di salah satu museum milik Palestina. Namun setelah perang 1967, Israel merebut museum itu dan mengganti namanya dengan Rockefeller Museum.
Palestina mendesak agar museum dan segala isinya dikembalikan ke mereka. Palestina pun sudah menunjuk kuasa hukum untuk mengajukan gugatan atas Israel.
"Palestina termasuk salah satu wilayah di dunia yang menderita akibat pencurian artefak-artefak," kata Hamdan Taha, salah satu peneliti dari Departemen Arkeologi Palestina.
Namun, arkeolog Israel, Rafi Greenberg, berkata sebaliknya. Greenberg mengatakan penggalian situs dan pengangkatan artefak di wilayah Palestina maupun Israel sangat penting untuk konservasi situs maupun sejarah. "Tepi barat pada awalnya adalah satu kebudayaan. Penggalian kami tidak mengenal batas-batas politik masa kini," kata Greenberg.
Salah satu artefak milik Palestina yang kini sudah berpindah tangan adalah naskah Laut Mati. Naskah ini awalnya ditemukan di wilayah Palestina, namun setelah perang 1967 Israel merebutnya dan memajangnya di salah satu museum paling bergengsi di Israel.
Contoh lainnya adalah keberadaan Masjid Al Aqsa. Masjid ini adalah salah satu situs paling berharga bagi bangsa Palestina maupun Israel. Di bawah tanah masjid terdapat tinggalan arkeologi yang umurnya sampai 2.000 tahun lalu.
"Namun tidak ada pemandu tur asal Palestina di sana. Yang ada hanyalah pemandu tur asal Israel. Tentu yang mereka jelaskan ke para turis adalah sejarah Al Aqsa dari sudut pandang Israel. Dan para turis tidak mengetahui hal ini," kata Al Jazeera.
Mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair, yang menjadi utusan khusus di Palestina-Israel mengatakan pihaknya ingin membantu Palestina mendapatkan kembali artefak-artefaknya.
Sejumlah arkeolog Israel ada yang melihat bahwa Pemerintah Israel sengaja mempolitisasi artefak maupun situs milik Palestina. "Mereka ingin mengarahkan sentimen masyarakat Israel demi tujuan utamanya: mencaplok wilayah Palestina," demikian salah satu arkeolog.
"masa sejarah mau ditulis ulang, direvisi dan diedit sesuai dg keinginan zionis.
Demikian salah satu hasil investigasi Al Jazeera yang dipublikasikan, Selasa (11/1). "Banyak artefak Palestina kini dipajang di museum Israel dan jatuh ke tangan koleksi pribadi. Bahkan ada yang dijual ke turis-turis asing," demikian Al Jazeera.
Bagi Israel, arkeologi adalah salah satu kunci utama untuk menegaskan klaim wilayah mereka atas wilayah yang tadinya milik Palestina. Sementara bagi Palestina, artefak dan situs-situs purbakala di Tepi Barat, Jerusalem, dan Gaza adalah sejarah penting bagi mereka. Selain sebagai sumber pemasukkan ekonomi dari pariwisata.
Salah satu wilayah yang paling kaya akan tinggalan artefak di Palestina adalah Jericho. Di wilayah ini, banyak ditemukan arca-arca unik dari abad ke-7, di masa kepemimpinan Dinasti Umayyah. Awalnya, arca-arca ini disimpan di salah satu museum milik Palestina. Namun setelah perang 1967, Israel merebut museum itu dan mengganti namanya dengan Rockefeller Museum.
Palestina mendesak agar museum dan segala isinya dikembalikan ke mereka. Palestina pun sudah menunjuk kuasa hukum untuk mengajukan gugatan atas Israel.
"Palestina termasuk salah satu wilayah di dunia yang menderita akibat pencurian artefak-artefak," kata Hamdan Taha, salah satu peneliti dari Departemen Arkeologi Palestina.
Namun, arkeolog Israel, Rafi Greenberg, berkata sebaliknya. Greenberg mengatakan penggalian situs dan pengangkatan artefak di wilayah Palestina maupun Israel sangat penting untuk konservasi situs maupun sejarah. "Tepi barat pada awalnya adalah satu kebudayaan. Penggalian kami tidak mengenal batas-batas politik masa kini," kata Greenberg.
Salah satu artefak milik Palestina yang kini sudah berpindah tangan adalah naskah Laut Mati. Naskah ini awalnya ditemukan di wilayah Palestina, namun setelah perang 1967 Israel merebutnya dan memajangnya di salah satu museum paling bergengsi di Israel.
Contoh lainnya adalah keberadaan Masjid Al Aqsa. Masjid ini adalah salah satu situs paling berharga bagi bangsa Palestina maupun Israel. Di bawah tanah masjid terdapat tinggalan arkeologi yang umurnya sampai 2.000 tahun lalu.
"Namun tidak ada pemandu tur asal Palestina di sana. Yang ada hanyalah pemandu tur asal Israel. Tentu yang mereka jelaskan ke para turis adalah sejarah Al Aqsa dari sudut pandang Israel. Dan para turis tidak mengetahui hal ini," kata Al Jazeera.
Mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair, yang menjadi utusan khusus di Palestina-Israel mengatakan pihaknya ingin membantu Palestina mendapatkan kembali artefak-artefaknya.
Sejumlah arkeolog Israel ada yang melihat bahwa Pemerintah Israel sengaja mempolitisasi artefak maupun situs milik Palestina. "Mereka ingin mengarahkan sentimen masyarakat Israel demi tujuan utamanya: mencaplok wilayah Palestina," demikian salah satu arkeolog.
"masa sejarah mau ditulis ulang, direvisi dan diedit sesuai dg keinginan zionis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar